Meteran Listrik yang Berjalan Mundur

HYDE PARK–Langka listrik di Indonesia malah menyebabkan meteran listrik kita tidak pernah mundur. Paling tidak, ada biaya berlangganan yang selalu harus keluar, walau rumah dibiarkan kosong dan lampu mati. Berbeda di Amerika Serikat (AS) yang meteran listriknya malah bisa mundur, minus.
Pasalnya di AS meteran listrik menggunakan “net meter”, ini perangkat yang diakui pemerintah yang memungkinkan rumah tangga memasang energi yang bisa diperbarui tanpa harus memutus hubungan dengan utilitas listrik biasa.
Contohnya keluarga Bagnall dari Hudson Valley di New York. Keluarga di pedesaan ini memasang panel solar untuk mendapatkan listrik di peternakan mereka. Pada hari-hari cerah, produksi listrik dari panel solar ini melebihi kebutuhan rumah tangga mereka.
Listrik lebih itu tidak terbuang percuma, tetapi dimanfaatkan oleh perusahaan listrik lokal untuk dijual ke rumah tangga lain. Jadi meteran di keluarga John dan Anna Bagnall malah bergerak mundur.
“Net meter” memungkinkan setiap orang di AS menjadi pengusaha listrik kecil-kecilan. Program seperti ini berbeda-beda antarnegara bagian. Biasanya diberikan imbuhan insentif ekonomi bagi mereka yang harus investasi ribuan dolar AS untuk memasang pembangkit listriknya sendiri. Bukan hanya panel solar, kincir angin pembangkit listrik pun bisa, atau mikrohidro.
“Ketika pertama kali meteran ini dipasang, lebih banyak mundurnya dari maju,” komentar John Bagnall. Pada hari mendung pun peternakannya menghasilkan listrik surplus.

Skema seperti ini secara individual terdapat di Indonesia. Mikrohidro yang dihasilkan pedesaan bisa dijual kepada masyarakat. Ada yang kelebihannya dimanfaatkan PLN. Namun, ini kasus khusus yang membutuhkan perjuangan besar dari pengelola mikrohidro pedesaan.
Keuntungan “net meter” ini ganda. Selain mengurangi tekanan pada produksi listrik yang tidak ramah lingkungan seperti pembangkit listrik tenaga disel yang menggunakan bahan bakar berpolusi, juga bisa mengurangi beban daya listrik pada sistem grid yang sudah berlangsung di Jawa dan Bali misalnya.

Standar Federal
Di AS “net meter” ini akan menjadi standar federal, berlaku pada semua negara bagian nanti pada tahun 2008. Program seperti ini sudah diadopsi oleh 40 negara bagian di AS sekarang ini. Negara bagian dengan anggota “net meter” terbesar adalah California dimana 86 persen dari 15.200 pelanggan sudah memiliki “net meter”.
Namun kendala yang ada sama dengan Indonesia. Birokrasi administrasi yang menyangkut bertumpuk-tumpuk kertas serta pembatasan produksi listrik rumah tangga yang mengurangi minat pelaku rumah tangga. Dan lebih banyak lagi orang di AS yang tidak tahu bahwa program seperti ini ada di negara bagian mereka.
Salah satu yang keberatan adalah Edison Electric Institute, yang mewakili penyedia utilitas listrik nasional. Keberatan perusahaan listrik komersial terhadap “net meter” adalah penjualan kelebihan listrik rumah tangga itu dihargai dengan nilai eceran bukan harga produsen. Ini, menurut Edison Electric Institute, sama saja pihak produsen listrik rumah tangga mendapat subsidi.
Jawaban terhadap masalah ini adalah meteran pintar atau “smart meter”. Istilah ini dikemukan Steve Rosenstock, manager solusi energi pada grup industri listrik. Meteran pintar ini akan mencatat nilai listrik produksi dan menetapkan harga jual listrik lebih rumah tangga.
Hambatan bagi mereka yang ingin menjadi penjual listrik kecil-kecilan adalah biaya awal. Harga pasang pembangkit listrik ramah lingkungan sangat bervariasi, namun rata-ratanya 8.000 dolar AS atau sekitar 73 juta rupiah. Di New York diberikan insentif pajak, demikian dituturkan John Wright dari Hudson Valley Clean Energy, yang menyediakan jasa pemasangan pembangkit listrik rumah tangga ini.
Dari skema yang ditawarkan perusahaan ini, daya listrik yang dihasilkan bisa untuk keperluan rumah tangga sebesar 80 sampai 90 persen. Jadi dalam sepuluh tahun bisa kembali modal Keluarga Bagnall membangun pembangkit mereka seharga 40.000 dolar atau sekitar 364 juta rupiah untuk pembangkit 15 kilowat. Keluarga lainnya untuk 3 kilowatt membayar 14.000 dolar AS atau 127,5 juta rupiah.
Dan pada akhir tahun, keluarga Trimble menerima cek 23 dolar dari perusahaan listrik lokal karena ia menghasilkan kelebihan listrik. Walau hanya Rp 209.300 saja toh lumayan.